Cerita Penantian
7 Years Awaiting
Seorang gadis yang 4 bulan
belakangan resmi menginjak usia 17 tahun, usia dimana suatu remaja mulai
diwajibkan untuk memiliki KTP, tengah dilanda bahagia. Ditengah rerumputan yang
luas hijau menghampar ia membaringkan dirinya dengan kenangan di kelas tadi
siang. Dia teringat saat itu pria pujaan hatinya Ali, seperti biasa selalu
mendatangi mejanya dengan senyum yang sangat mempesona. Ali, pria yang
disukainya benar benar membuatnya tersipu, belakangan ini hampir setiap hari
Ali selalu mendatangi mejanya, menanyainya banyak hal, bahkan bertanya hal hal
yang sensitive seperti apakah sebelum menikah dia berpacaran atau bertaaruf.
Dan karena dia selalu salah tingkah di depan pria pujaan hatinya, dia dengan
bodohnya menjawab tidak keduanya. Entah apa yang dipikirkan Ali tentang gadis
aneh ini, tetapi Ali sekedar kagum bahwa dia ini gadis yang manis dan juga
ceria.
Ratih sungguh bimbang, dia
berharap rasa cintanya pada Ali dapat berbalas karena kedekatan mereka berdua.
Tapi Ali sendiri hanya sekedar menganggapnya sahabat dan tidak lebih. Terbukti
beberapa minggu setelah kejadian manis menurut Ratih, Ali mengutarakan
perasaannya kepada Deriana di depan kelas dengan setangkai bunga dan sekotak
cokelat di depan semua orang di depan kelas. Ketika itu Ratih yang duduk di
bangku paling depan hanya dapat menunduk menahan air mata, ia menabahkan
dirinya kemudian pergi ke toilet untuk menumpahkan perasaannya yang tidak bisa
ditunjukkan ke orang lain. Ia sangat terpuruk, merana, dan cemburu melihat kedekatan
Ali dan Deriana. Deriana memang gadis yang sangat sempurna, dia cantik, kaya,
dan berbakat. Ratih sendiri merasa dirinya sangat berlawanan dengan Deriana.
Dia merasa jelek, miskin, dan sama sekali tidak berbakat.
Ratih menumpahkan air matanya,
dia berkata dalam hatinya “Bodohnya aku, menangis hanya karena hal seperti ini.
Harusnya aku menyadari tidak mungkin Ali akan menyukaiku, dasar gadis bodoh”
ujarnya dalam hati seraya menghapus air mata dan mencuci mukanya. Tapi perasaan
dan hatinya tidak mengikuti perintah logikanya, dia terus saja menangis.
Setelah air matanya habis, tampaklah mata nya yang bengkak. Dia segera kembali
ke kelas, namun dengan mata yang menunjukkan kesedihan. Ali terkejut melihat
perubahan wajah Ratih. Dia menghampiri Ratih di mejanya.
“Ratih, kamu kenapa? Kamu
baik-baik aja kan?” ujar Ali
“Aku baik-baik aja kok” ujar
Ratih segera menghindar dari Ali dan pergi ke perpustakaan. Ali bingung dengan
sikap Ratih, dia menemui sahabatnya Zayn.
“Zayn lihat gak sih, kenapa Ratih
itu aneh banget? Dia seperti habis nangis, matanya sembab begitu” ujar Ali
“Ali, oh Ali. Kenapa kau belum
sadar juga. Dia memang menangis tadi” ujar Zayn
“Apa? Siapa yang membuat dia
menangis, berani sekali” ujar Ali
“Ets tunggu dulu..Apa hubungan
kau dengan Ratih?” ujar Zayn
Ali bingung menjawabnya, kenapa
dia jadi perhatian banget dengan Ratih, sedangkan dia itu pacarnya Deriana.
“Ali, aku kasih tau ya. Kau ini
benar-benar nggak peka dengan perasaan perempuan. Ratih itu sangat menyukai
kau, masih belum sadar juga. Gimana dia nggak nangis, orang yang dia suka
nembak cewek lain dengan gaya sangat romantic di depan matanya sendiri” ujar
Zayn
Ali terdiam dan merasa bersalah
kepada Ratih. Entah kenapa dia mulai memikirkan perasaan Ratih, dia tampaknya
baru menyadari kalau Ratih itu menyukainya.
Ratih mulai bersikap tidak
seramah dulu terhadap Ali. Dia menganggap hubungannya dengan Ali telah putus,
meski mereka hanya memiliki hubungan pertemanan biasa. Semenjak Ali berpacaran
dengan Deriana, dia berfikir Ali sungguh tidak tahu malu. Dia bingung dengan
posisinya sendiri, siapa pacarnya siapa. Ali sekarang statusnya pacar Deriana,
tapi masih saja menggoda Ratih. Sebenarnya ini bukan salah Ali sepenuhnya, Ali
menganggap Ratih temannya, tapi tidak ada kata teman untuk Ali di kamus Ratih.
Dia hanya berharap agar hubungannya dengan Ali bukan hubungan pertemanan, tapi
harapannya yaitu sebuah hubungan romantis.
Ali sendiri bingung apa yang
sebenarnya terjadi pada Ratih. Ratih berubah 180 derajat menjadi orang yang
sangat dingin. Ali mengkaitkan hal ini dengan hubungannya dengan Deriana.
Nampaknya Ali baru menyadari kalau selama ini dia juga punya perasaan terhadap
Ratih. Dia berusaha dekat lagi dengan Ratih, bahkan dia telah memutuskan
hubungannya dengan Deriana. Ratih tidak semudah itu untuk didekati, dia merasa
tidak pantas berada di dekat Ali.
Sudah 2 tahun berlalu, Ratih dan
Ali tidak pernah saling menyapa. Mereka bahkan seperti tidak saling pernah
mengenal, begitu asing. Padahal meski Ali sudah putus hubungan dengan Deriana.
Ratih sangat terluka dengan keadaan mereka sekarang yang seperti tidak saling
mengenal. Ratih masih mencintai Ali, dan perasaan itu tidak berubah sama sekali
sejak mereka pertama kali bertemu.
Ratih dan Ali berada di kelas 3
SMA sekarang, mereka sebentar lagi akan berpisah selamanya, dalam pikiran
Ratih. Ratih sangat menyesal, dia ingin seperti dulu lagi, tapi itu sangat
tidak mungkin dan hanya akan melukai harga dirinya. Ratih sangat tidak percaya
diri, dia selalu merasa Ali memang tidak punya perasaan apapun padanya, cinta
Ratih tidak berbalas. Waktu memisahkan mereka berdua.
Sejak tamat SMA Ratih berusaha
memperbaiki dirinya, dia mengikuti banyak organisasi, banyak seminar dan
pelatihan dia berusaha yang terbaik agar bisa menjadi seperti Deriana yang
cantik, kaya, dan berbakat. Kini dia kuliah sambil bekerja. Dia bekerja sangat
keras untuk dapat terus menyambung hidup dan membayar cicilan rumah serta biaya
kuliah dan biaya hidup keluarganya. Ratih merupakan putri sulung dari keluarga
dengan ekonomi lemah yang tinggal menumpang di rumah seorang kerabat yang
kejam.
5 tahun sudah berlalu, usianya
sekarang 22 tahun, dia telah lulus kuliah dengan predikat cum laude. Sebuah
prestasi yang membanggakan, meski dia kuliah sambil bekerja, tetap saja dia
menjadi lulusan terbaik di Universitasnya. Di lain pihak Ali sangat sukses juga
sekarang, dia baru saja pulang dari Manchester menamatkan gelar sarjana
ekonominya. Dia sekarang telah memiliki segalanya, kecuali gadisnya. Dia ingin
melihat bagaimana kondisi gadisnya sekarang. Ali benar-benar pria yang sangat
kuat, ia entah kenapa mampu menahan perasaannya pada gadisnya selama
bertahun-tahun. Sekarang dia merasa waktunya sudah tepat.
Pada hari minggu, seorang gadis
yang sangat cantik dan juga terpelajar keluar dari mobil mewah Porsche yang
berwarna putih. Gadis itu benar benar sangat berbeda, dia sangat sukses sekali.
Gadis itu adalah Ratih Kanwari. Dia sekarang menjadi orang nomor satu di
perusahaan teknologi ternama di Indonesia. Ratih selalu mengunjungi
perpustakaan, barang kali 2 minggu sekali atau tiap minggu. Perpustakaan ini
merupakan saksi betapa kerasnya dia berjuang meraih mimpinya, sekaligus saksi
dari yang dia dulu bukan siapa-siapa menjadi dia yang menakjubkan seperti
sekarang. Hobi Ratih memang membaca. Membaca adalah caranya menghibur diri
terhadap kesepian dan kedukaan hidupnya serta keperihan cinta pertamanya.
Ali yang tahu kebiasaan Ratih,
ikut mengunjungi perpustakaan. Ali sangat bahagia melihat kondisi Ratih
sekarang. Dia sangat cantik, kaya, dan sukses sekarang. Dia sangat berbeda
dengan Ratih pada masa SMA. Untuk pertama kalinya setelah 7 tahun Ali kembali
menyapa Ratih.
“Assalamualaikum Ratih?” ujar Ali
Ratih terkesiap, dunia novel yang
sedang dibacanya terputus dan dia kembali ke dunia nyata. Dia baru saja
mendengar suara yang sangat dikenali dan dirindukannya selama 7 tahun ini,
tiba-tiba datang dari arah sampingnya. Dia bertanya dalam hati “ Apakah aku sedang
berhalusinasi ?” Dia segera menoleh ke arah Ali. Dia terkejut dan kaget namun
tetap berusaha menyembunyikan rasa bahagia nya.
“Wa.. alaikum salam” ujar Ratih
singkat
Ratih seperti biasa berusaha
mengendalikan diri alias jaim. Dia sangat senang dan bahagia, wajah yang 7
tahun dinantikan dan dirindukannya kembali hadir dalam hidupnya. Namun
ingatannya kembali saat masa SMA, yaitu ketika Ali memberikan setangkai bunga
dan sekotak cokelat pada Deriana di depan kelas dan di depan semua orang dengan
kata-kata yang romantic. Dia kembali kecewa dengan apa yang terjadi di masa 7
tahun yang lalu.
“Apa kabar?” ujar Ali
Ali tampak sedikit kecewa karena
dia merasa Ratih tidak berubah sejak SMA. Ratih masih dingin terhadapnya.
“Alhamdulillah baik, maaf Ali,
aku ada urusan mendadak dan baru di sms tadi, aku duluan ya” ujar Ratih
berbohong karena dia benar-benar nervous.
Tak disangka, Ali segera
menangkap tangan Ratih yang saat itu sudah mulai meninggalkan kursinya
“Aku minta maaf Ratih, kita perlu
bicara berdua sekarang. Kau berbohong kalau kau ada urusan mendadak kan?” ujar
Ali masih memegang tangan Ratih
Mereka berdua menjadi sorotan
para pengunjung perpustakaan yang lainnya.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan
tanganku. Kau benar-benar membuatku malu” ujar Ratih sambil melepaskan
genggaman tangan Ali, dia segera pergi sambil berlinangan air mata.
Ali segera mengejarnya.
“Ratih, ada apa denganmu, aku
menyukaimu Ratih. Aku mencintaimu, aku sudah tahu dari Kalia kalau kau menyukai
aku, Deriana juga memberitahuku” ujar Ali
Ratih sangat absurd sekarang, dia
bingung harus bersikap bagaimana. Dia benci pada Ali yang tidak pernah
menghargai perasaannya, dan baru membalasnya sekarang. Memangnya dia pikir dia
siapa, membuat orang jatuh hati, tapi menimbang perasaannya selama 7 tahun.
“Kenapa baru sekarang kau
mengatakannya, kau kemana saja selama 7 tahun ini, aku sangat lelah dengan 7
tahun ini berusaha meyakinkan diriku bahwa kau tidak pernah menyukaiku. Tapi
kenapa kau muncul lagi sambil bilang kau menyukaiku, kau sama sekali tidak
menghargai perasaanku 7 tahun yang lalu, dimana aku terombang ambing menyukaimu
tapi memikirkan apakah sebenarnya kau punya perasaan yang sama dengan ku atau
tidak. Kumohon pergi dari hidupku sejauh-jauhnya. Aku sangat membenci orang
yang membuatku menderita dengan perasaanku sendiri” ujar Ratih panjang lebar
sambil berlinangan air mata.
Ali terkesiap, dia tidak
menyangka akan jadi begini.
“Maafkan aku, Ratih. Aku tidak
punya cukup keberanian untuk mengungkapkan perasaanku, aku sungguh minta maaf
karena hal ini membuatmu menderita” ujar Ali
“Permintaan maaf sudah diterima,
aku mohon padamu jangan pernah sekalipun menemui aku. Kita tidak memiliki
hubungan apapun dan selamanya akan tetap begitu” ujar Ratih menentang
perasaannya sendiri
Ratih segera naik ke mobil
porsche putih miliknya, dan pergi meninggalkan Ali yang begitu shock. Di
mobilnya, Ratih menangis sejadi-jadinya, dia bahagia dan terluka. Dia bahagia
karena ternyata selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, namun dia
terluka dengan sikap pengecut Ali yang baru muncul setelah 7 tahun. Dia merasa
Ali malu mengakui kalau dia menyukai gadis jelek seperti Ratih. Ratih berlalu
dengan mobilnya, berusaha menegarkan dirinya kembali.
Post a Comment
0 Comments