Lomba
Cerita Ramadhan 1440 H dari Kota Khatulistiwa Pontianak
Ramadhan 1440 H berlalu dengan gempita. Ramadhan tahun ini
sama seperti tahun kemarin. Namun, sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dulu,
aku merayakan ramadhan dengan seluruh anggota keluarga. Kini, agak berbeda. Betul
sekali yang bilang kalau hidup itu dinamis, tidak statis, tidak akan melulu
sama. Kita harus dewasa menyikapinya.
Yang terakhir yakni, kulineran sotong pangkong. Ini yang jadi favorit dan paling dinantikan. Kuliner ini
spesial banget. Munculnya spesial di bulan Ramadhan saja. Sotong pangkong juga
dijual di daerah Sungai Jawi yakni di jalan Merdeka. Ada juga sih di jual di
daerah lain, namun tidak semeriah dan seramai yang di Jalan Merdeka. Suasanya
sudah seperti pasar malam. Dulu waktu SMA, aku pernah membantu tante dan
nenekku untuk berjualan sotong pangkong. Sungguh pengalaman yang berharga dan tidak
terlupakan. Ramadhan tahun ini, aku berkunjung untuk makan sotong pangkongnya
bersama sahabatku Lilis yang baru pertama kali merasakan kuliner ini. Sotong pangkong
ini penyajiannya cukup mudah, sotong yang sudah dikeringkan dibakar, kemudian
dipukul-pukul hingga lembut atau yang bahasa melayunya di pangkong. Kemudian
siap disantap dengan kuah ebi atau kacang. Rasanya endeus, enak, gurih dan nagih. Wajib coba untuk siapapun. Wajib
datang ke Pontianak di bulan Ramadhan.
Ramadhanku tahun ini berdua saja dengan adik. Nasib sebagai
mahasiswi perantau, harus mandiri. Ini tahun kelimaku merantau. Kondisiku
sebenarnya tidak bisa juga dibilang merantau. Namun, karena mirip dengan
perantau yang hidup serba mandiri, anggap sajalah begitu. Kondisiku memang agak
lain dan beda. Ayahku lima tahun lalu dapat pekerjaan di kabupaten Sekadau, 7 jam
dari kotaku sekarang, Kota Pontianak. Ayah, ibu, dan adik bungsuku sekarang
tinggal di kabupaten tersebut. Aku dan adikku yang lain, tinggal di Kota Pontianak,
bersekolah di sini.
Ayah, Ibu dan adik bungsuku baru bisa datang seminggu
sebelum lebaran. Bapakku malah tidak bisa ikut sama sekali ke Pontianak, karena
persoalan tempat kerjanya. Agak membuat sedih sebenarnya. Namun, aku yakin,
semua orang punya tantangan masing-masing dalam hidup. Dan, kitapun tetap harus
banyak-banyak bersyukur. Berhenti untuk selalu lihat apa yang salah dalam
hidup, tapi coba belajar untuk merayakan setiap hal baik yang dialami.
Menanamkan cara berpikir untuk banyak-banyak bersyukur adalah hal yang teramat
penting.
Adikku selalu bangun sahur duluan. Kemudian kami sahur
bersama. Terkadang, ketika rasa malas menyergap, puasa hari itu hanya berbekal
kurma dan air putih. Sesederhana itu.
Ketika berbuka, aku selalu masak nasi setiap habis sholat
ashar. Kemudian jam 5 menjelang berbuka mulai mejelajah daerah Sungai Jawi
untuk mencari takjil dan lauk berbuka. Kami diberi uang masing-masing oleh
orang tua kami. Kemudian kami patungan untuk membeli lauk berbuka. Kadang,
lauknya juga kami sisakan untuk sahur. Sederhana dan umum-umum saja sih menu
berbuka dan lauk kami. Biasanya, air kelapa, air tebu, air tahu, sop, olahan
ayam, rendang, dan ikan.
![]() |
Our Simple Ramadhan Feast :) |
Ramadhan tahun ini, sebagai mahasiswa semester 6, banyak
sekali waktu habis untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Sudah seharusnya
memang sih. Justru menjadi aneh, kalau waktu habis bukan untuk hal positif
diatas. Memang harus mulai berpikir dewasa, kalau belajar adalah perjuangan dan
juga pengorbanan. Kita hanya akan berkembang ketika kita keluar dari zona
nyaman.
Ramadhan tahun ini, walau ada banyak kesibukan, tapi banyak
sekali hal yang sangat berarti. Hal itu yakni momen bukber aka buka puasa bersama.
Aku beberapa kali bukber bersama teman sekelas, sahabat dan juga komunitas. Dan
pastinya bukber bersama keluarga di seminggu terakhir bulan Ramadhan. Bukber
bagi mahasiswi rantau sepertiku, adalah momen bahagia. Bisa berhemat dan juga
bisa menyantap makanan sehat yang halal dan thayyib.
Ramadhan 1440 H kuhabiskan selama sebulan penuh tanpa kemana-mana di kota Pontianak saja. Dari Mei hingga Juni, tiada jadwal pelatihan atau kegiatan di kota lain. Bersyukur sih, bayangkan betapa teparnya kalau sampai ada jadwal pelatihan. Ramadhan di kota Pontianak itu sangatlah spesial. Kota Khatulistiwa yang penuh
keberagaman ini benar-benar merayakan datangnya bulan suci dengan meriah. Pontianak selalu punya tempat spesial di hatiku. Kota ini memang bukan kota
kelahiranku, tapi kota ini tempatku bertumbuh dan pastinya juga tempatku mulai
percaya dan mulai merajut mimpi dan cita-cita. Aku mendapatkan banyak cinta
dari kota ini. Kota ini juga menjadi saksi berbagai kesulitan dan juga
perubahan-perubahan besar dalam hidup.
Kota Pontianak selalu punya tradisi unik. Ada 3 tradisi unik dan menarik yang dilakukan
oleh warga Pontianak saat Ramadhan. Tradisi-tradisi tersebut yakni permainan meriam karbit,
pemasangan keriang bandong, dan juga kuliner sotong pangkong.
![]() |
meriam karbit, gambar dari: https://pontianak.tribunnews.com/2019/06/03/yuk-rasakan-sensasi-nyucul-meriam-karbit-raksasa-di-festival-meriam-karbit-pontianak |
Bermain meriam karbit tidak pernah kulakukan secara
langsung, karena cukup ekstrim dan aku juga tidak berani. Aku biasanya bermain
ke sungai kapuas, lebih tepatnya ke taman alun kapuas atau café di tepian
sungai kapuas saat waktu senggang untuk sekedar relaksasi dan hiburan. Aku
biasanya melihat meriam-meriam yang besar dan juga indah, meriamnya di cat dan
dihias corak insang. Sungguh menarik. Suara ledakannya juga pastinya dahsyat.
![]() |
2 gambar diatas dari Fellimeido Marafelino, http://pontinesia.com/berita/keriang-bandong-tradisi-masyarakat-kota-pontianak-selama-ramadhan |
Yang kedua yakni Keriang Bandong. Keriang Bandong itu
sendiri adalah tradisi penyalaan obor dari bambu kecil yang diberi sumbu. Keriang
Bandong itu juga bisa ditujukan untuk nama lampu minyak tanah yang digunakan
sebagai sumber cahaya. Kata ‘keriang” diambil dari nama serangga penyuka
cahaya, yang dalam bahasa Indonesianya mungkin laron atau kunang-kunang. Sedangkan
kata ‘bandong” memiliki arti berbondong-bondong. Hal ini dikarenakan keriang
berbondong-bondong mendatangi sumber cahaya. Kata keriang dan bandong berasal
dari bahasa lokal di sini yakni bahasa Melayu Pontianak. Namun, masyarakat kini
lebih suka menghias rumah-rumah mereka tidak lagi dengan obor dari bambu
tersebut, melainkan dengan lampu-lampu kecil warna-warni.
![]() |
Penampakan gerobak sotong pangkong dari depan. |
Tahun 2019 ini aku masih berpuasa di Pontianak. Harapanku di
tahun depan dan mendatang, mudah-mudahan bisa kuliah lanjut dan merantau di
tempat baru yang penuh tantangan. Dan, aku tidak pernah lupa akan cita-citaku
untuk menuntut ilmu sejauh-jauhnya hingga ke Amerika. Suatu hati nanti, aku
yakin dan optimis.
Tulisan ini dilombakan di IMSA Blog Competition 2019. Semoga
bermanfaat. Kamu juga wajib tau loh tentang IMSA. IMSA itu sendiri kepanjangan
dari Indonesian Muslim Society in America
atau bahasa Indonesianya komunitas muslim Indonesia di Amerika. IMSA adalah
organisasi non profit yang bergerak dalam beberapa aspek kehidupan contohnya amal,
kebudayaan, pendidikan, keagamaan, dan juga kepedulian sosial.
Program-programnya juga kece abis contohnya imsacare, radio imsa, muktamar.
IMSA juga memiliki misi mulia untuk meningkatkan kapasitas intelektual dan
spriritual anggota komunitas yang nantinya untuk kontribusi terhadap kemajuan
SDM Indonesia. Bahkan mereka juga punya misi untuk meningkatkan pemahaman
terhadap Islam kepada orang-orang yang mungkin takut dan salah paham tentang
islam. Untuk lebih detailnya main ya ke website imsa di imsa.us. Aku yakin dan
optimis banget, moga suatu saat bisa main ke sekre IMSA atau jadi anggotanya
sekalian J.
Post a Comment
1 Comments
Wah, seru ya berpuasa di Pontianak. Banyak hal-hal menarik yang bisa dilakukan di sana. Terima kasih atas ulasannya, Kak. Salam hangat.
ReplyDelete